Seperti yang telah kita ketahui bersama, Proyek EPC (Engineering, Procurement, and Construction) merupakan jenis proyek yang lebih kompleks dari proyek konstruksi. Karakter jenis proyek ini memiliki perbedaan dengan proyek konstruksi biasa. Dalam mencapai kesuksesan proyek EPC perlu diketahui proses yang terjadi di dalamnya. Memahami rumitnya proses proyek ini akan membantu menyelesaikan masalah kompleksitasnya.
Proyek EPC memiliki tantangan yang sangat tinggi, mulai dari saling ketergantungaan antar aktifitas yang ada, fase overlaps antar masing-masing aktifitas tersebut, pemecahan aktifitas menjadi aktifitas-aktifitas pekerjaan yang lebih detail, kompleksitas struktur organisasi, dan ketidakpastian dalam akurasi prediksi yang timbul selama masa pelaksanaan. Kegiatan yang paling menantang dalam proyek ini adalah kegiatan dalam pembuatan anggaran dan jadwal pelaksanaan proyek karena harus dibuat dan diketahui sebelum proyek dimulai.
Karakter Proyek EPC yang masif (besar-besaran), perlu keahlian dan keterampilan tinggi, kompleks, arus informasi yang cepat antar disiplin ilmu. Penyebab keterlambatan dan kerugian yang dianggap berkesesuaian dengan kondisi pelaksanaan EPC proyek di Indonesia adalah:
- Kekurangan material. Hal ini dimungkinkan karena kurang baiknya WBS dan resource management pada proses procurement. Faktor ini sering terjadi juga pada konstruksi Indonesia yang disebut dengan mismatch.
- Keterlambatan procurement. Schedule procurement sering tidak menyesuaikan dengan master schedule proyek. Faktor lain adalah karena melesetnya perkiraan schedule proses procurement akibat dari ketidakpahaman mengenai kompleksitas proses ini. Faktor ini dapat dikatakan selalu terjadi juga di Indonesia akibat faktor tambahan birokrasi perusahaan.
- Keterlambatan pengiriman ke Site. Faktor ini memiliki dampak yang paling besar terhadap keterlambatan. Ketergantungan proses dengan kondisi alam mungkin menjadi penyebab utama. Di Indonesia, dapat disebabkan oleh kurang baiknya infrastruktur dan birokrasi custom clearance.
- Lemahnya keahlian kontraktor EPC. Faktor ini juga menjadi masalah di Indonesia. Perusahaan konstruksi EPC murni Indonesia mulai menurun karena merugi dan perusahaan general contractor mulai masuk ke dunia EPC. Ini indikasi lemahnya keahlian konstraktor EPC Indonesia.
- Perencanaan dan pengendalian yang lemah. Mungkin inilah faktor yang menyebabkan dampak paling besar atas kerugian dan keterlambatan kontraktor EPC di Indonesia. Kesamaan faktor ini dengan negara Thailand menjadi cukup menarik jika dikaitkan dengan kesamaan budaya secara regional.
- Kurangnya komitmen top manajemen. Faktor ini juga salah satu faktor yang berdampak besar. Sudut pandang top management terhadap unit proyek sebagai unit mandiri diperkirakan sebagai penyebab utama. Kesamaan faktor ini juga menarik dikaji kesamaannya dengan Thailand.
- Schedule proyek yang tidak realistis. Sebagai dari bentuk investasi, owner cenderung ingin schedule pelaksanaan yang sesingkat mungkin agar segera beroperasi dan menghasilkan tanpa diimbangi dengan kualitashasil yang berkorelasi dengan tidak realistisnya schedule.Faktor ini sangat sering terjadi di Indonesia karena keputusan investasi yang sering terlambat sehingga perlu penyelesaian proyek yang bersifat buru-buru.
- Lemahnya koordinasi dan komunikasi. Faktor ini adalah faktor yang bersumber dari pelaku. Proyek EPC menuntut keahlian tinggi yang mana dimiliki oleh orang-orang yang cenderung kurang berkomunikasi. Ini adalah fenomena pelaku proyek di Indonesia.
Demikian sedikit gambaran tentang beberapa problem yang biasa diaami di dalam Proyek EPC. Semoga menambah wawasan kita. Terima kasih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar