Semarang – Pengembangan Bandar Ahmad yani Semarang tidak bisa dilakukan awal Januari 2014 seperti keinginan Gubernur Jateng Ganjar Pranowo. Pembangunan molor karena tersendatnya perijinan dari Pemerintah Pusat.
Gubernur jateng Ganjar Pranowo mengatakan, setelah dikejar terus – menerus, Menteri Keungan akhirnya meneken perijinan pengembangan bandara. Namun karena sudah akhir tahun, pembangunan tidak bisa dimulai sesuai jadwal.
“Sudah diteken, saya sudah tanya Angkasa Pura apakah bisa ground breaking awal Januari, ternyata tidak bisa karena banyaknya agenda,” katanya, usai sidang paripurna di Gedung Berlian DPRD Jateng.
Tetapi kapan pelaksanaan pembangunan belum bisa diketahui. Menurut Gubernur, harus ada pembicaraan ulang di internal PT. Angkas Pura untuk menentukan jadwal pengganti. “Jadi masih harus pembicaraan ulang untuk menentukan ground breakingnya,” katanya.
Anggota Komisi D DPRD Jateng Abdul Aziz menyayangkan berlarut-larutnya pengembangan bandara. Dia akan membawa masalah ini ke rapat internal Komisi untuk menentukan langkah terobosan mengatasinya.
“Apakah Komisi D harus memanggil Angkasa Pura atau ke Jakarta sekalian untuk meminta percepatan. Yang jelas kami meminta bandara segera dibangun.” Katanya.
Sebelumnya, General Manager PT. Angkasa Pura I Bandara Ahmad Yan Semarang, Priyo Jatmiko mengatakan, pembangunan bandara membutuhkan surat pengesahan perjanjian kerja sama antara PT. Angkasa Pura dengan TNI AD oleh Kementerian Pertahanan, Mabes TNI, Kementerian BUMN, dan Kementerian Keuangan.Tapi prosesnya sempat mandek di Kementerian Keuangan sehingga pembangunan tidak bisa dilakukan dalam waktu cepat.
Pengembangan Bandara Ahmad Yani diprediksi selesei dalam dua tahun. Perluasan Bandara akan mampu menampung jumlah penumpang pesawat, dan muatan kargo hingga 20-30 tahun ke depan. Dalam masterplan rencana pengembangan disebutkan, apron akan dibangun dua tahap. Tahap pertama seluas 61.344 meter pesegi dapat menampung Boeing 767 dua buah dan Boeing 737 delapan buah.
Pembangunan pada tahap dua seluas 72.522 meter persegi dapat menampung Boeing 767 dua buah dan Boeing 737 sepuluh buah. Sedangkan terminal baru akan dibangun seluas 40.900 meter persegi dengan kapasitas empat juta penumpang per tahun. Saat ini Detail Engineering Design (DED) proyek telah mencapai 90%.
Menurut General Affair and Communication Section Head PT. Angkasa Pura I Bandara Ahmad Yani, Anom Fitranggono, saat ini luas apron existing 29.032 meter persegi dan hanya bisa menampung enam pesawat berbadan sedang, dan dua pesawat baling-baling. Luas terminal penumpang 6.708 meter persegi. Sedang luas terminal existing 6.108 meter persegi dengan kapasitas hanya 900.000 penumpang per tahun.
Rincian anggaran pekerjaan untuk paket satu meliputi pekerjaan pengurugan tanah dan pembuatan jalan akses senilai Rp. 272.813.067.363.Pekerjaan terminal dan fasilitas penunjang masuk pada paket dua, dengan estimasi anggaran Rp. 605.623.579.008. Pekerjaan bangunan lain, fasilitas penunjang dan lansekap masuk pada paket tiga dengan pagu anggaran Rp. 98.563.353.629.
Sementara pagu untuk paket empat yang meliputi pembuatan apron dan taxiway sebesar Rp. 120,5 miliar. “Total nilai investasi yang dibutuhkan Rp. 1,14 triliun yang berasal dari Angkasa Pura dan pinjaman Bank,” paparnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar