Denpasar - Ruas jalan dari Gilimanuk Jembrana ke Denpasar selama ini dikenal sebagai jalur padat dan rawan kecelakaan. Untuk mengatasinya, wacana tol Gilimanuk-Denpasar perlu untuk segera diwujudkan.
Hal ini disampaikan Kepala Balai Pelaksanaan Jalan Nasional (BPJN) VIII Denpasar Direktorat Jenderal Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum (PU), Miftachul Munir.
"Ke depan kita pikirkan pembangunan ruas jalan Gilimanuk-Denpasar akan menjadi tol, kita akan tuangkan dalam renstra (rencana strategis) dan lakukan studi. Jalur Gilimanuk-Denpasar selama ini dikenal jalur tengkorak karena rawan kecelakaan lalu lintas, oleh karena itu perlu ada solusi untuk mengatasinya,"ujarnya.
Selain padat kendaraan, beban jalan di ruas Gilimanuk-Denpasar sepanjang 140 kilometer ini juga berat, dimana truk yang datang dari Jawa tidak menurunkan muatan dan ganti truk, tapi langsung menuju Denpasar hingga pulau NTB/NTT.
Pembangunan jalan tol Gilimanuk-Denpasar, kata Munir, nantinya akan tergantung pada komitmen pemerintah Propinsi Bali dan soal ketersediaan lahan, karena pembebasan lahan di Bali saat ini menjadi salah satu faktor penghambat pembangunan infrastruktur jalan.
"Tol Gilimanuk-Denpasar ini kini sudah menjadi wacana, tinggal lakukan studi dan kemudian dituangkan ke renstra. Kita akan bertemu dengan pihak Bapeda Propinsi Bali untuk mencari cara terbaik. Jika lahan terbatas, jalan tol Gilimanuk-Denpasar ini nantinya akan kita buat ada koridor yang paralel dengan jalan arteri yang ada,"jelasnya.
Terkait padatnya jalur Gilimanuk-Denpasar saat ini, Munir mengusulkan agar ada pemisahan antara angkutan barang dan angkutan mobil pribadi dan pariwisata. "Angkutan barang misalnya bisa kita split, bisa lewat utara (buleleng), sementara yang selatan (gilimanuk-denpasar) untuk mobil pariwisata dan pribadi non barang. Tapi untuk mewujudkan itu, semua pihak terkait harus duduk bersama dulu,"ujarnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar