Surabaya - Masyarakat Jatim masih harus bersabar untuk menikmati kucuran air dari Sistem Pengolahan Air Minum (SPAM) Umbulan Pasuruan. Kondisi itu disebabkan karena pembangunan SPAM Umbulan tak kunjung ada kepastian, karena sampai saat ini proses lelang masih molor.
"Penaksiran harga dari kementerian keuangan masih mahal sehingga kalau diproduksi, harga per meter kubik airnya mencapai Rp 2400," kata Gubernur Jatim Soekarwo, Minggu (16/2/2014).
Menurut dia, molornya proses lelang itu disebabkan karena penaksiran harga dari Kementerian Keuangan sangat mahal. Karena itu, pihaknya akan meminta tim ITS untuk menghitung ulang taksiran harga pembangunan proyek tersebut. "Kami sudah meminta tim ITS untuk melakukan kajian lebih lanjut. Diharapkan, paling lambat pada Agustus tahun ini lelang bisa segera diumumkan dan pembangunan fisik bisa dimulai pada awal 2015 mendatang. Mudah-mudahan pada Agustus mendatang proses lelang bisa segera dituntaskan," tegasnya.
Gubernur membantah bahwa ada investor yang mengundurkan diri. Sejauh ini, peserta lelang menyatakan keseriusannya untuk membangun proyek air minum dari sumber air di kabupaten Pasuruan tersebut. "Siapa yang bilang kalau investor mundur, yang terjadi mereka malah ngebet untuk cepat-cepat diumumkan," tukasnya.
Sekadar diketahui, dari hasil penghitungan, tarif yang ditetapkan untuk wilayah Surabaya sendiri berkisar Rp 2400. Harga tersebut lebih murah dibandingkan dengan PDAM Sidoarjo yaitu Rp2.500 per meter kubik. Sedangkan untuk Kabupaten Pasuruan seharga Rp1.050 per meter kubik, Kota Pasuruan Rp1.200 per meter kubik. Dan yang paling mahal adalah untuk PDAM Gresik yaitu Rp2.750 per meter kubik.
Direktur Utama Perusahaan Daerah Air Bersih (PDAB) Jatim Joko Triyono menambahkan, dari harga yang sudah ditetapkan itu keuntungan yang diperoleh PDAB berkisar Rp 77 per meter kubik. Jumlah keuntungan itu dinilai relatif sedikit karena fungsi PDAB sendiri hanya sebagai penyalur dan menerima pembayaran dari lima kabupaten/kota yang dialiri. Air SPAM Umbulan. "Kalau dihitung memang kisaran angkanya segitu tapi itu belum final karena masih ada beberapa penyesuaian lagi," imbuhnya.
Dijelaskannya, sampai saat ini tahapan lelang memang masih dilakukan. Dari lima konsorsium yang awalnya mengikuti proses lelang Umbulan diperkirakan hanya dua saja yang akan melanjutkan. Sisanya mengundurkan diri dengan alasan yang tidak jelas. "Sampai saat ini belum ada yang mengajukan penawaran, tapi jika melihat dua konsorsium ini yang masih aktif dan kemungkinan akan mengikuti lelang proyek," katanya lagi.
Sementara itu, Komisi C DPRD Jatim mendesak kepada Direktur PDAB yang selama ini mengelola pembangunan Umbulan agar segera melakukan progres proyek tersebut. Ketua Komisi C DPRD Jatim Thoriqul Haq meminta supaya ada pembahuruan dan kepastian pembangunan kapan selesainya pembangunan Umbulan tersebut. "Harus dipercepat pembangunannya jangan molor terus dan menjadi tidak pasti seperti sekarang ini," ujarnya.
Dari data yang dihimpun, tiga konsorsium yang mundur adalah Nippon Koei dan PT Perkon Indah. Kemudian, konsorsium China Harbour Eng Co Ltd, Sound Global Ltd, PT Manggala Purnama Sakti Amerta, dan PT Amerta Bumi Capital. Satunya lagi konsorsium yang mundur adalah Kukdong Eng and Const Co Ltd, PT Brantas Abipraya, dan PT Grundfos.
Sedangkan dua konsorsium peserta lelang yang masih bertahan adalah adalah PT Bakrieland Development Tbk dan Beijing Enterprises Water Group Ltd. Satunya adalah konsorsium PT Medco dan PT Bangun Cipta dan Marubeni Corp.
Sekadar diketahui, sumber air Umbulan seluas 4,9 hektare ini mampu memproduksi air sebanyak 4.500 hingga 5.000 meter kubik per detik. Dengan kapasitas itu targetnya dapat menyuplai air ke Kota Pasuruan sebesar 175 meter kubik per detik, ke Kabupaten Pasruan 420 meter kubik per detik, ke PIER (Pusat Industri Pasuruan) 100 meter kubik per detik, Sidoarjo 1.370 meter kubik per detik, serta Surabaya dan Gresik masing-masing 1.000 meter kubik per detik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar