Jakarta - Pemerintah Republik Indonesia menawarkan proyek terkait infrastruktur perkeretaapian kepada pihak Jepang yang dinilai sedang mengalami kejenuhan dalam sektor konstruksi di negaranya sendiri.
“Pasar jasa konstruksi Jepang yang sudah jenuh merupakan peluang investasi dengan merelokasi modalnya ke Indonesia,” kata Kepala Badan Pembinaan (BP) Konstruksi Hediyanto Husaini dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Minggu.
Menurut dia, semakin sedikitnya orang yang bekerja di sektor konstruksi di Jepang juga membuat investor Jepang di sektor tersebut melihat ke pasar lain yang sedang tumbuh seperti Indonesia.
Karenanya pemerintah juga tertarik untuk mengambil peluang investasi tersebut dengan menawarkan pembangunan infrastruktur seperti rel kereta di Indonesia. Apalagi, lanjutnya, perkeretaapian juga termasuk ke dalam bagian infrastruktur transportasi yang dinilai merupakan salah satu program prioritas pemerintah.
Sebagaimana diketahui, program pemerintah untuk meningkatkan kualitas layanan transportasi massal dan jaringan logistik nasional ditawarkan melalui berbagai program yang terdapat dalam Masterplan Percepatan dan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI).
“Selama ini Jepang lebih tertarik untuk membangun jalan di Indonesia, mungkin sekarang kita sudah waktunya tawarkan pembangunan rel kereta,” ujarnya.
Sebelumnya, PT KAI Commuter Jadobetabek (KCJ) kembali mendatangkan 20 unit KRL dari Jepang sebagai bentuk peningkatan pelayanan perkeretapian kepada pengguna jasa.
“Ke-20 unit KRL ini merupakan program pengiriman tahap dua dari pengadaan KRL pada 2013 yang secara keseluruhan berjumlah 180 unit,” kata Manajer Komunikasi KCJ Eva Chairunnisa.
Menurut Eva Chairunnisa, sebanyak 20 unit KRL baru tersebut merupakan hasil pembelian dari operator KRL di Jepang dan telah tiba di Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta pada Sabtu (16/11) malam.
Menurut Direktur Utama KCJ Tri Handoyo, pihaknya juga telah mendatangkan tim dari Jepang untuk memastikan bahwa unit KRL bar tersebut dapat dioperasikan dengan lancar di Indonesia.
Ia memaparkan bahwa pihaknya sejak 2009 juga telah mendatangkan hingga lebih dari 300 unit KRL. Sementara harga dari setiap gerbong kereta itu mencapai sekitar Rp1 miliar per unit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar