Rabu, 19 Juni 2013

Pengolahan Air Limbah Domestik Menggunakan Sewage Treatment Plant (STP)


Pada umumnya, air limbah domestik di perumahan – perumahan pada saat ini menggunakan sistem septic tank, dimana air kotor maupun kotoran dari toilet dibuang ke bak septic tank. Dalam hal ini menurut penulis, sistem tersebut kurang sempurna sebab :
  1. Kotoran tersebut terurai secara alami dan akan memerlukan jangka waktu yang lama.
  2. Dalam jangka waktu tertentu bak septic tank tersebut akan penuh dan memerlukan penyedotan.
  3. Apabila tidak dilakukan penyedotan maka akan timbul bau dan air limbah akan keluar dari septic tank, bisa jadi akan menyebabkan pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh polutan biologis.
Adapun pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh polutan biologis dapat mempengaruhi air dalam 2 hal, yaitu :
  1. Mikroorganisme patogen yang mengkonsumsi materi organik, yang membutuhkan oksigen untuk proses oksidasi. Hal ini dapat menyebabkan oksigen yang terdapat pada perairan tersebut semakin hari menjadi semakin berkurang sehingga dapat mengakibatkan kehidupan akuatik menjadi terganggu.
  2. Materi organik yang terdapat di dalam air buangan mengandung nutrien yang dapat mengakibatkan pertumbuhan alga atau tanaman lainnya yang juga dapat menghilangkan oksigen dari perairan tersebut,sehingga terjadi pemotongan mata rantai dan mengubah keseimbangan yang terdapat di dalam lingkungan perairan.
Dari hal tersebut di atas, maka untuk mengatasi masalah pencemaran yang disebabkan oleh polutan biologis, diperlukan sebuah sistem pengolahan air limbah dengan proses “anoxic, anaerob, dan aerob”. Dalam hal ini pengolahan air limbah tersebut menggunakan STP ( Sewage Treatment Plant ) dalam mengolah dan mengelola air limbah domestik baik air limbah dari toilet maupun dari kitchen zink. 

Sewage Treatment Plant ( STP )
Seperti yang telah kita ketahui, bahwa AMDAL telah mensyaratkan untuk keluaraan air limbah domestik yang boleh dibuang ke saluran real kota adalah kondisi airnya sebagai berikut :
  • BOD               : 20 ppm
  • COD               : 30 ppm
  • SS                    : 50 ppm
  • pH                   : 6 – 9
Oleh sebab itu, diperlukan penerapan sistem bioseries dalam hal pengolahan air limbah domestik dalam rangka memenuhi persyaratan AMDAL tersebut di atas.

Adapun uraian proses sistem dari Sewage Treatment Plant ( STP ) diabgi menjadi 3 bagian utama, yaitu :
  1. Pre – Treatment
  2. STP System
  3. Effluent Tank
Pre – Treatment
Pada bagian ini terdapat bak kontrol yang disebut dengan Grit Chamber. Air limbah yang berasal dari toilet ( air kotor / black water ), kamar mandi, wastafel   ( air bekas / grey water ) dan sejenisnya akan masuk ke bak ini. Dimana fungsi dari bak ini adalah sebagai proses awal untuk menyaring kotoran / sampah yang besar – besar yang berpotensi mengganggu proses pengolahan. Grit chamber ini dilengkapi dengan screen yang terbuat dari stainless steel.

Untuk air limbah yang berasal dari kitchen sebelum masuk grit chamber ini harus melewati grease trap yang berfungsi sebagai pemisah lemak. Air limbah yang masuk ke grit chamber ini baik yang berasal dari toilet, kamar mandi, wastafel serta air limbah yang berasal dari kitchen ( setelah melewati grease trap ) akan mengalir secara gravitasi ke tangki STP.

STP System
Pada bagian ini dibagi dalam 5 proses, yaitu :
a)      Anoxic Chamber
Dari grit chamber air akan mengalir secara gravitasi ke dalam anoxic chamber. Lumpur aktif pengembalian dari sedimentasi chamber akan tercampur / kontak dengan air limbah, sehingga di anoxic chamber akan terjadi proses penguraian limbah oleh mikroorganisme secata an-oxic ( minim oksigen ).
b)      An- aerob Chamber
Setelah melalui tahapan proses anoxic chamber, air limbah akan masuk secara over flow ke an-aerob chamber. Chamber ini dilengkapi dengan bio media yang terbuat dari PVC, dimana fungsi bio media ini adalah sebagai tempat berkembang biaknya mikroorganisme, sehingga dengan adanya bio media ini akan memperluas kontak area antara bakteri dengan air limbah. Proses yang terjadi pada an-aerob chamber ini adalah penguraian limbah secara an-aerob atau tanpa oksigen oleh mikroorganisme yang hidup menempel pada bio media sehingga dapat mengurangi BOD, COD dan partikel tersuspensi. Pada bak ini juga dapat mengantisipasi jika terjadi fluktuasi debit.
c)      Aerob Chamber
Di dalam chamber ini akan terjadi proses penguraian limbah oleh bakteri pengurai secara aerobik. Sumber oksigen yang diperlukan oleh bakteri aerob ini dihasilkan melalui hembusan udara blower dan didistribusikan ke dalam bak aerasi oleh fine bubble diffuser. Dalam chamber aerob ini dilengkapi juga dengan bio media ( media bio film ). Media yang dipakai berbentuk plat PVC tipis bergelombang seperti sarang tawon, denga luas permukaan media 175 m2/ m3 media. Maka dengan demikian dengan adanya penambahan bio media ini akan memperluas kontak area antara bakteri dengan air limbah. Proses penguraian limbah oleh bakteri akan terjadi secara bertingkat pada permukaan media tersebut. Selama proses aerasi berlangsung di dalam chamber ini mikroorganisme akan tumbuh di permukaan media tersebut membentuk suatu biomassa yang semakin lama semakin tebal. Bagian paling dalam dari lapisan biomassa tersebut lama kelamaan akan kekurangan supply oksigen dan akan terlepas dari permukaan media. Proses terlepasnya sebagian dari tumpukan biomassa dari permukaan media tersebut disebut “Sloughing Process”.
d)     Sedimentation Chamber
Lumpur yang terlepas dari “Sloughing Process” di aerob chamber akan mengalir bersamaan dengan air menuju chamber sedimentasi. Proses yang terjadi di chamber sedimentasi ini adalah proses pemisahan bagian yang padat ( lumpur ) dengan air yang sudah bersih, dimana lumpur akan mengendap di bagian dasar chamber sedimentasi dan air yang sudah bersih akan mengalir melewati chlorine chamber sebelum ke effluent tank untuk dibuang ke badan air penerima. Sedangkan untuk lumpur yang mengendap di dasar chamber sedimentasi akan diangkat melalui proses air lift sistem dan dikembalikan ke chamber an-oxic dan chamber aerob untuk diproses ulang sampai hancur.
e)      Chlorination Chamber
Chlorine chamber ini berfungsi sebagai kontak antara air limbah yang sudah diolah dengan zat desinfektan, untuk membunuh bakteri – bakteri patogen yang kemungkinan ada di dalam air limbah yang telah diolah dialirkan ke bak effluent dan dibuang ke saluran real kota.

Effluent Tank
Air yang telah tercampur dengan desinfektan tersebut ditampung di dalam bak ini untuk selanjutnya dibuang ke saluran real kota dengan menggunakan pompa submersible. Dari hasil test dilapangan, air yang dibuang ke saluran real kota tersebut telah memenuhi syarat  BOD, COD, SS dan pH nya sesuai dengan ketentuan AMDAL dan aman bagi lingkungan. Berdasarkan pengalaman penulis dilapangan, air dari hasil pengolahan limbah ini bisa juga dimanfaatkan sebagai siram taman.

Demikian sedikit uraian perihal pengolahan air limbah domestik menggunakan Sewage Treatment Plant (STP). Semoga bermanfaat...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar